SITUS RESMI JUDI ONLINE, AGEN POKER UANG ASLI, AGEN DOMINO UANG ASLI, POKER ONLINE UANG ASLI, DOMINO ONLINE UANG ASLI
SITUS RESMI JUDI ONLINE, AGEN POKER UANG ASLI, AGEN DOMINO UANG ASLI, POKER ONLINE UANG ASLI, DOMINO ONLINE UANG ASLI
SITUS RESMI JUDI ONLINE, AGEN POKER UANG ASLI, AGEN DOMINO UANG ASLI, POKER ONLINE UANG ASLI, DOMINO ONLINE UANG ASLI

Menjadi Terangsang Lagi Gara-gara Aku Melihat Tetanggaku Lagi Ngentot


SpecialisMovie | Nonton Film Movie Online Baru Bersubtitle Indonesia - Siang itu aku selesai mandi bareng dengan Andi, lalu aku berbenah dan pergi ke rumah Mbak Nani di seberang rumah tempat tinggalku. Ia seorang janda seumurku, tapi aku tahu juga ia suka menerima laki-laki. Nani sebenarnya teman aerobikku di tempat senam. Dengan Mbak Nani aku sama-sama berdagang berlian untuk tambahan penghasilan, karena ia banyak relasinya di Dharma Wanita sewaktu suaminya masih ada.

SITUS RESMI JUDI ONLINE


Badannya tinggi, hampir sama dengan aku yang 178 cm dan buah dadanya pun ukurannya 38D. Nani tidak punya anak dan di rumah ia tinggal bersama 2 sepupu wanita dan adik-adik suaminya yang masih pada sekolah, ada yang SMA dan ada yang sudah kuliah. Aku jarang ke rumahnya selama ini karena dulu suamiku tak suka aku bergaul dengan dia. Entah kenapa..

“Mbak, Mbak Nani…” panggilku sambil mengetuk pintu.

Kok sepi ya?.. Aku masuk dari pintu samping dan rupanya sedang pada pergi karena motor anak-anak pada tidak ada.

“Mbak…?”..
“Ohh… Ibu Asti,” sambut pembantunya, Mbok Warsih.

“Ibu Nani kemana ya Mbok ?.. tadi sih ada, mungkin mandi… maaf ya Bu, Mbok lagi nyuci piring nih, Bu Asti masuk saja..”

Aku masuk ke ruang tengah dan duduk di sofanya, dan aku tiba-tiba mendengar suara sayup-sayup mendesah-desah. Jantungku berdegup seketika mendengar suara yang amat familiar kukenal itu. Perlahan-lahan kucari sumber suaranya, dan ternyata datang dari kamar atas, kamar Mbak Nani.

Aku naik berjingkat-jingkat, aku masuk ke lorong di atas dan benar!.. Dari kamar Mbak Nani, lagi ngapain dia?.. Lututku terasa lemas lagi mengingat Andi tadi pagi, dan terasa bibir vaginaku melembab dan empuk lagi. Nafsuku mulai berkobar-kobar membayangkan apa yang mungkin sedang berlangsung di kamar Nani itu.

Nahh… kamarnya tidak tertutup, pintunya masih terbuka sedikit, perlahan kudorong dan kusingkap gordin kamar dan astaga… Mbak Nani sedang disetubuhi dan posisinya ia berlutut menungging, pantatnya tinggi ke atas dan goyang pinggulnya kencang. Aku tak bisa melihat jelas siapa laki-laki itu, tapi mataku terbelalak dari posisiku jelas melihat penisnya keluar masuk cepat ke lubang vagina, dan sangking pasnya terlihat bibir vagina itu tertarik keluar setiap batangnya ditarik keluar.

Batang itu… oh… batang itu basah berkilap-kilap keluar-masuk keluar-masuk dan buah zakarnya bersih sekali kemerahan tak ada rambut sama sekali. Paha Mbak Nani pun basah dengan aliran cairan dari vaginanya berkilat kilat kena cahaya.

Lututku benar-benar lemas, dan celana dalamku membasah. Aku hampir jatuh karena sangking lemasnya, dengkulku dan aku berpegang pada amban pintu. Perlahan kudorong lagi pintunya lebih lebar dan keduanya benar-benar kerasukan, sehingga tidak melihat pintu membuka lebih lebar. Kakiku benar-benar terasa seperti agar-agar jelly, lemas. Aku berpegang pada amban pintu dan Mbak Nani pun dalam badai nafsunya terlihat memutar pinggulnya mengikuti enjotan dari lelaki itu.



Buah dadanya terpental-pental dan desahnya benar-benar menghanyutkan, sepeti suara binatang sedang birahi “Ahhh… shh ssshhh Mas Mas… enakkk… Uhhh uhhh… hmmm…” seru Nani. Tiba-tiba mereka meregang dan meletup-letuplah orgasme mereka dan terbadai-badai buah dada Mbak Nani karena binalnya ia menjepit penis itu. Dan terpuruk ia dipelukan lelaki tadi dari belakang.

Nafas mereka memburu terengah-engah seperti pelari maraton. Siapa lelaki itu?. Perlahan aku mundur dan terduduk di kursi tamu di beranda kamar itu. Nafasnya masih tak terkendali dan celana dalamnya kuyup. Aku bingung mesti ngapain dan aduh gatalnya lubang vaginaku, gila aku tadi baru dengan Andi, kok sekarang sudah begini lagi. Kurapatkan pahaku kencang dengan harapan sedikit terbantu.

Masih tetap membara dan akhirnya aku tidak kuat lagi dan aku buru-buru pulang berharap Andi masih di sana “Andi… Andi…” seruku dengan parau. Begitu masuk ke rumah, kok tidak menjawab, pikirku “Andii…” aku mencari ke paviliun, wah kosong semua, sudah pergi dia, keluh kecewaku. Aku naik ke atas dan segera membuka semua bajuku. Mandi, pikirku untuk meredakan ini.

Aku terdiam di bawah shower, aduhhh… aliran air malah tambah merangsangku. Bagaimana ini, bagaimana, ah masturbasi saja, dan kuraba klitorisku yang sudah nongol keluar, “Shhh… shhh enakkk…” tiba-tiba terdengar suara bel pintu “Aduh siapa lagi… Andi pulang?” harapku. Aku segera mengambil handuk dan kulibatkan di sekeliling tubuhku yang sintal, wah… kurang besar. Kugenggam saja handuk itu biar tidak copot.

Bel berbunyi tak sabar lagi, dan aku cepat turun, kupikir lihat dulu siapa dan kalau tidak kenal biar tak kubuka, aku mau masturbasi, kesalku. Dari jendela kulihat, wah ternyata anak pengantar koran, anaknya Pak RT di ujung jalan. Aku bimbang apakah mau membuka pintu atau tidak? Bagaimana aku, hanya handukan saja.

Entah kenapa, impulsif kubuka juga dan aku melihat anak lelaki dengan mulut ternganga terbesar begitu dia melihatku hanya berhanduk dan masih basah kulitku dan rambutku. Dalam hati, aku senang karena berarti aku OK dong… hihihi..

“Ya…?” tanyaku
“Oh maap Mbak… Eh ibuu… mau nagih uang koran..”.

Ihh sialan, hanya mau nagih, batinku.

“Bisa lain kali?..” ujarku.
“Oh.. eh… bis bis… bisaa…” paraunya.

Lho kok ia menutup-nutupi depan celananya. Tiba-tiba aku sadar bahwa anak ini sudah lumayan besar, mulai deh aku berpikir lain.

SITUS POKER UANG ASLI


“Eh iya deh, aku bayar saja, masuk dulu deh… aku baru mandi,” kataku.
“Ah biar di sini saja Mbak, eh Ibu…”.

Kuulurkan tanganku dan kutarik saja masuk dan ia jalan agak membungkuk-bungkuk, rupanya mencoba menyembunyikan sesuatu.

“Kenapa sih?” tanyaku, “Kamu sakit pinggang?”.
“Ah ah… eh… tidak… tidak…” katanya.

Mukanya merona merah sekali.

“Ya sudah ayo masuk ke sini!..”.

Kutarik lagi dan kubawa ke ruang tamu.

“Duduk deh…” lalu dia duduk, “Namamu siapa?..” tanyaku.

Aku masih berdiri di depannya dan tetesan air masih mengalir di pahaku. Si anak itu matanya terbelalak melihat paha mulusku di depan mukanya.

“Apa… apa… apa Mbak…” gelagapan terus dia.

Aku tambah geli saja

“Oh saya namanya Banu…” jelasnya hampir berbisik.

Matanya masih menatap pahaku yang basah, pori-poriku masih menggremeng sehingga bulu-bulu halus di situ kelihatan berdiri.

“Banu mana bonnya?..” tanyaku.

“Oh oh… iya ini…” Tangannya menggapai tas yang ditaruhnya di atas pahanya dan aha… rupanya ia berusaha menutupi penisnya yang sudah tegang berat… Ha ha ha, aku mau menikmati siang ini untuk melepas dahaga gara-gara Nani tadi. Biar deh anak Pak RT sudah besar juga kok. Tapi aku mesti hati-hati supaya dia tidak shock.

“Ini buat bulan lalu ya Ban?..” tanyaku sambil mengambil kwitansi dan aku jalan ke buffet tempat aku menaruh dompetku.

“Ii iiiya… Tante eh Ibu eh… iya…” katanya.

Dari kaca di atas buffet aku melihat matanya mengikuti goyang pantatku di balik handuk yang nyaris tak menutupi pantatku dan pasti bulu di sela-sela pahaku bisa dilihatnya. Sengaja kuregangkan kakiku dan matanya membesar dan membesar.

Aku pura-pura mencari-cari dompet dan membelakangi dia dan matanya sudah terkunci ke pantatku yang sintal. Lalu aku berjinjit dan pura-pura mencari di atas lemari tepi buffet sehingga handukku naik ke atas juga. Ha ha ha.., pasti dia melihat lebih jelas lagi ujung vaginaku sekarang.

Aku tiba-tiba membalik dan Banu sudah pucat dan seperti orang dihipnotis saja. Aku balik membawa dompetku dan sengaja aku duduk di seberangnya. Kukangkangkan kakiku sehingga handukku naik ke atas paha. Aku pura-pura meneliti rincian kwitansi dan Banu matanya menjalang mencoba mencari apa yang akan bisa dilihatnya. Aku sendiri sudah basah kuyup, vaginaku lemas membayangkan mau menikmati anak ini.

Tiba-tiba aku bertanya..,

“Eh kamu hari Minggu koq tidak pergi main-main sih?.. kan bisa besok nagih..”
“Aa aku pengen beresin ini Bu…” katanya.
“Masih banyak yang mesti ditagih?..” tanyaku lagi.
“Tidak, ini terakhir..”
“OK, ini uangnya dan terima kasih ya,” kataku sambil berdiri.

Terlihat mukanya kecewa karena mungkin inginnya sih apa ya?.. (mana aku tahu dia mikir apa, yang jelas tegangnya masih tuh di balik celana pendek jeansnya).

Dia berdiri dan cepat ditutupkannya lagi tasnya di depan kemaluannya.

“Eh Banu, mau bantu Mbak tidak?” tanyaku.


Dengan sergap ia menjawab, “Mau…” katanya senang.

“Ini Mbak mau pakai krim tapi susah kalau di belakang punggung. Mau tidak kamu bantuin oleskan..”

Wah kalian mesti lihat ekspresi mukanya, seperti orang menang lotere 1 juta dolar tuh.. hahaha..

“Ayo sini naik ke kamar Mbak deh!..” ajakku.

Berdebar-debar aku membayangkan ini semua. Lubang vaginaku sudah bukan main gatelnya. Aku berbaring telungkup tanpa melepas handuk setiba di kamar.

“Itu Ban, ada di meja hias yang warna putih botolnya..”.
“Ini ya Mbak?” katanya cekatan.

Ia sudah lupa dengan tasnya dan celananya seperti sebuah tenda dengan tonggak tegak lurus.

“Yep… itu dia Banu. Ini mulai dari pundak atasku ya Ban.

Ia duduk di pinggirku dan nafasnya terdengar terengah-engah “Srr…” duh dinginnya krim itu ketika ia mulai mengoles pundakku. Tangannya terasa hangat sekali dan gemetar.

“Banu kamu pernah tidak ngolesin body cream gini?..” tanyaku untuk membuat ia relaks.

“Ahhh… nggak pernah. Mbak cantik sekali dan kulitnya halus bener deh,..” katanya sambil terus mengoleskan krim.

Ah enak, dan pahanya terasa menempel pada sisi tubuh atasku.

“Eh Mbak, ini handuknya ngehalangin,” katanya lebih berani.

Aku berdebar dan… “Oh iya… dorong saja…” tangannya mendorong sisi atas haduk di punggungku dan ditambahkannya krim dan dioleskannya ke punggungku.

“Mbak eeeh… saya buka saja ya handuknya..”.

Ah… batinku, berani juga anak ini. Kuangkat sedikit badanku dan ditariknya handuk dan jadi longgar dan copot. Buah dadaku terasa sedikit pedih waktu ditariknya handuk itu dan telanjang bulatlah aku. Dari kaca meja hias aku lihat Banu ternganga lagi melihat tubuh mulus dan montok tersaji di depan matanya. Ia lupa mesti memberi krim. Aku pun menahan nafsuku dan tetap terlungkup.

SITUS DOMINO UANG ASLI


“Eh Banu ayo dong! ngeliatin apa sih kayak belum pernah ngeliat wanita,” desahku merangsang.

“Oh iya iya…”.

Dia mengoles lagi dengan sigapnya, tangannya terasa tambah hangat.

“Hmm, pantatnya juga tidak Mbak Etty?..”

Hi hi hi dia panggil aku pakai nama Etty, lucu rasanya karena sudah lama tidak dipakai nama itu..

“Iya,” ujarku.

Dan “Seerr…” rabaan tangannya membuatku mendesah keenakan dan suasana di kamar itu sudah penuh dengan hawa nafsu saja. Rabaan tangannya mulai mengcengkeram kedua bukit sintal, dan aku pelan-pelan merenggangkan pahaku dan kuangkat sedikit pantatku. Banu pindah ke dekat pahaku dan aku geli karena pasti dia ingin lihat vaginaku. Sengaja kuangkat terus dan kulebarkan lagi pahaku dan tangannya masih meremas-remas.. (bukan ngolesin lagi cing).. wakakaka..

Kulihat ia menjilatkan lidahnya ke bibirnya dan tangannya mendekat ke arah paha dan jempolnya kiri dan kanan mendekat ke vaginaku sambil tetap meremas-remas pantatku sebelah bawah. Aku pun tak sadar mendesah-desah keenakan dan terasa di sebelah dalam pahaku mengalir cairan dari vaginaku. Aku diam saja supaya Banu tidak malu dan kuintip terus dari kaca kelakuannya. Diulurnya jempolnya dan terasa sentuhan halus di tepi bibir vaginaku.

Enak dan aku angkat lagi pantatku dan jempolnya menyentuh lebih berani. Aku menahan terus nafsuku, maunya sih aku sudah berbalik dan kuterkam saja si Banu ini tapi itu akan mengurangi nikmat. Banu melihat aku diam saja dan jempolnya tambah ke dalam pahaku dan ia kelihatan terkejut merasakan lincir dan hangat, basah sekali bibir vaginaku. Ia melihat aku tetap terdiam, aku menggigit bantal yang kupeluk dan terasa puting susuku gatal sekali juga. Kutahan nafsuku dan kubiarkan dia eksplorasi dulu.


Nak Banu… aduhh…” keluhku, “Shhh… enak sekali…”.

Dan kakinya tambah dikangkangkannya lebar-lebar, pantatnya naik sedikit sehingga vaginaku sudah terpampang di mata Banu yang terbelalak. Tenggorokannya kering sekali dan tangannya dingin. Bulu kemaluanku sudah menempel karena kuyup. Jari Banu meremas-remas pantat dan paha atas.

Dilihatnya vagina merekah dan bau khas seperti laut begitu merambah hidungnya membuat suasananya tambah merangsang. Dasar anak masih “ijo” dia tak tahu mau ngapain. Aku biarkan jarinya mendekat ke bibir vaginaku dan kutahan nafas mengantisipasi enak yang bakal kurasakan.

Kutinggikan lagi pantatku dan terasa jarinya menyentuh dan mulai menggosok dengan rasa ingin tahu sambil takut dimarahi. Aku berbisik, “Terus Banu… paha dalam ibu itu perlu juga,” aku memberanikan dirinya, dan aku lebarkan lagi pahaku sehingga betul betul sudah bebas terlihat belahan vaginaku dari belakang situ. Jari-jari Banu mulai mendekat lebih jauh ke lubang dan bibir-bibir kiri dan kanan vaginaku dan mengorek-ngorek.

“Aduhhh… nikmat sekali…” Jari tengah Banu masuk ke lubang basah dan keluar-masuk, ia mengorek-ngorek tanpa tahu apa yang harus dikerjakan. Kutuntun tangannya dan kutangkupkan pada vaginaku dan jari telunjuknya aku letakkan di atas klitorisku “Gosok dan gelitik Banu!..” kataku. Pantatku tambah tinggi sehingga aku hampir berlutut. Pantatku sudah hampir setinggi mulut Banu yang ternganga selebar pintu Tol.

Dengan pelan tanganku meraba paha Banu, seperti orang kena listrik ia mengejang “Jangan takut Banu, Ibu tidak apain kamu kok..” Aku naikkan lagi dan penisnya yang sudah keras luar biasa terasa di luar celana pendeknya. Aku elus-elus dan ia seperti orang kesurupan, matanya terbalik-balik keenakan, dan kutarik celananya ke bawah, ia berdiri dan bebas merdeka batangnya itu.

Kugenggam erat-erat dan aku bilang, “Banu kamu ke belakang situ dan tempelkan penismu ini ke mulut lubang vaginaku ya..” Aku menungging berlutut, pantatku tinggi ke atas dan posisi vaginaku sudah terbuka lebar. Banu mendekat dan sambil memegang penisnya ia mengarahkan ke vaginaku.

“Ahhh ahhh… enak Banu…”.
“Iya Mbak enak sekali…”.

Aku pegang penisnya dan pelan-pelan kuamblaskan ke dalam lubang vaginaku. Gila panas sekali batangnya itu. Dan aku mulai berayun-ayun ke depan dan ke belakang. Banu pegangan pada pinggulku, buah dadaku berayun-ayun menggelantung bebas. Dan pelan sekali kusedot penis Banu dalam vaginaku, kugerakkan otot dinding vaginaku bergelombang-gelombang.

POKER ONLINE UANG ASLI


Di kaca aku melihat posisiku dan Banu, sungguh pemandangan luar biasa. Anak masih “ijo” itu antusias sekali dan kelihatan ia masih bingung-bingung. Terus kugenjot dan Banu mulai pintar mengikuti gerakannya, dan terasa batangya maju-mundur menggaruk-garuk dinding vaginaku dengan nikmat sekali.

Dan 2 menit kemudian meledak-ledak orgasmeku dan penisnya kujepit dengan kencang dalam vaginaku sampai terasa seperti kuperas batangnya sampai kering dari spermanya. Terdampar Banu di atas punggungku dan aku rebah ke ranjang.

Penisnya masih setengah tegang dan terasa berdenyut denyut. Itu pengalaman Banu pertama.
Menjadi Terangsang Lagi Gara-gara Aku Melihat Tetanggaku Lagi Ngentot Menjadi Terangsang Lagi Gara-gara Aku Melihat Tetanggaku Lagi Ngentot Reviewed by risca suanti on 15.51 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.