SITUS RESMI JUDI ONLINE, AGEN POKER UANG ASLI, AGEN DOMINO UANG ASLI, POKER ONLINE UANG ASLI, DOMINO ONLINE UANG ASLI
SITUS RESMI JUDI ONLINE, AGEN POKER UANG ASLI, AGEN DOMINO UANG ASLI, POKER ONLINE UANG ASLI, DOMINO ONLINE UANG ASLI
SITUS RESMI JUDI ONLINE, AGEN POKER UANG ASLI, AGEN DOMINO UANG ASLI, POKER ONLINE UANG ASLI, DOMINO ONLINE UANG ASLI

Kebinalan Tante Dan Juga Anaknya Yang Sudah Lama Tak Bertemu Denganku


SpecialisMovie | Nonton Film Movie Online Baru Bersubtitle Indonesia - Sesaat lamanya aku hanya berdiri di depan pintu gerbang sebuah rumah mewah tetapi berarsitektur gaya Jawa kuno. Hampir separuh bagian rumah di depanku itu adalah terbuat dari kayu jati tua yang super awet. Di depan terdapat sebuah pendopo kecil dengan lampu gantung kristalnya yang antik.

Lantai keramik dan halaman yang luas dengan pohon-pohon perindangnya yang tumbuh subur memayungi seantero lingkungannya. Aku masih ingat, di samping rumah berlantai 2 itu terdapat kolam ikan. Dibelakang sana masih dapat kucium adanya peternakan ayam kampung dan itik. Tante Yustina memang seorang arsitek kondang dan kenamaan.

6 tahun aku tinggal di sini selama sekolah SMU sampai D3-ku, sebelum akhirnya aku lulus wisuda pada sebuah sekolah pelayaran yang mengantarku keliling dunia. Kini hampir 7 tahun aku tidak menginjakkan kakiku di sini. Sama sekali tidak banyak perubahan pada rumah Tante Yus. Aku bayangkan pula si Vivi yang dulu masih umur lima tahun saat kutinggalkan, pasti kini sudah besar, kelas enam SD.

SITUS RESMI JUDI ONLINE


Kulirik jarum jam tanganku, menunjukkan pukul 23:35 tepat. Masih sesaat tadi kudengar deru lembut taksi yang mengantarku ke desa Kebun Agung, sleman yang masih asri suasana pedesaannya ini. Suara jangkrik mengiringi langkah kakiku menuju ke pintu samping. Sejenak aku mencari-cari dimana dulu Tante Yus meletakkan anak kuncinya. Tanganku segera meraba-raba ventilasi udara di atas pintu samping tersebut. Dapat Aku segera membuka pintu dan menyelinap masuk ke dalam.

Sejenak aku melepas sepatu ket dan kaos kakinya Hmm, baunya harum juga. Hanya remang-remang ruangan samping yang ada. Sepi Aku terus saja melangkah ke lantai dua, yang merupakan letak kamar-kamar tidur keluarga.

Aku dalam hati terus-menerus mengagumi figur Tante Yus. Walau hidup menjanda, sebagai single parents, toh dia mampu mengurusi rumah besar karyanya sendiri ini. Lama sekali kupandangi foto Tante Yus dan Vivi yang di belakangnya aku berdiri dengan lugunya. Aku hanya tersenyum.

Kuperhatikan celah di bawah pintu kamar Vivi sudah gelap. Aku terus melangkah ke kamar sebelahnya. Kamar tidur Tante Yus yang jelas sekali lampunya masih menyala terang. Rupanya pintunya tidak terkunci. Kubuka perlahan dan hati-hati. Aku hanya melongo heran. Kamar ini kosong melompong. Aku hanya mendesah panjang. Mungkin Tante Yus ada di ruang kerjanya yang ada di sebelah kamarnya ini.

Sebentar aku menaruh tas ransel parasit dan melepas jaket kulitku. Berikutnya kaos oblong Jogja serta celana jeans biruku. Kuperhatikan tubuhku yang hitam ini kian berkulit gelap dan hitam saja. Tetapi untungnya, di tempat kerjaku pada sebuah kapal pesiar itu terdapat sarana olah raga yang komplit, sehingga aku kian tumbuh kekar dan sehat.

Tidak perduli dengan kulitku yang legam hitam dengan rambut-rambut bulu yang tumbuh lebat di sekujur kedua lengan tangan dan kakiku serta dadaku yang membidang sampai ke bawahnya, mengelilingi pusar dan terus ke bawah tentunya. Air Ya.. aku hanya ingin merasakan siraman air shower dari kamar mandi Tante Yus yang bisa hangat dan dingin itu.

Aku hendak melepas cawat hitamku saat kudengar sapaan yang sangat kukenal itu dari belakangku, “Andrew ? Kaukah itu ?”.

Aku segera memutar tubuhku. Aku sedikit terkejut melihat penampilan Tante Yus yang agak berbeda. Dia berdiri termangu hanya mengenakan kemeja lengan panjang dan longgar warna putih tipis tersebut dengan dua kancing baju bagian atasnya yang terlepas.



Sehingga aku dapat melihat belahan buah dadanya yang kuakui memang memiliki ukuran sangat besar sekali dan sangat kencang, serta kenyal. Aku yakin, Tante Yus tidak memakai BH, jelas dari bayangan 2 bulatan hitam yang samar-samar terlihat di ujung kedua buah dadanya itu. Rambutnya masih lebat dipotong sebatang bahunya. Kulit kuning langsat dan bersih sekali dengan warna cat kukunya yang merah muda.

“Ngggggeeehhhh.. , selamat malam Tante Yus… maaf, keponakanmu ini datang dan untuk berlibur di sini tanpa ngebel dulu.. Maaf pula, kalau tujuh tahun lamanya ini tidak pernah datang kemari. Hanya lewat surat, telpon, kartu pos, e-mail , sekali lagi, saya minta maaf Tante, Saya sangat merindukan Tante.. !” ucapku sambil kubiarkan Tante Yus mendekatiku dengan wajah haru dan senangnya.

“Ouh Andrew… ouh !” bisik Tante Yus sambil menubrukku dan memelukku erat-erat sambil membenamkan wajahnya pada dadaku yang membidang kasar oleh rambut.

Aku sejenak hanya membalas pelukannya dengan kencang pula, sehingga dapat kurasakan desakan puting-puting dua buah dadanya Tante Yus.

“Kau pikir hanya kamu ya, yang kangen berat sama Tante, hmm… ? Tantemu ini melebihi kangennya kamu padaku… Ngerti nggak ? Gila kamu Andrew !” imbuhnya sambil memandangi wajahku sangat dekat sekali dengan kedua tangannya yang tetap melingkarkan pada leherku, sambil kemudian memperhatikan kondisi tubuhku yang hanya bercawat ini.

Tante Yustina tersenyum mesra sekali. Aku hanya menghapus air matanya. Ah Tante Yus…

“Ya, untuk itulah aku minta maaf pada Tante…”

“Tentu saja, kumaafkan ” sahutnya sambil menghela nafasnya tanpa berkedip tetap memandangiku, “Kamu tambah gagah dan ganteng Andrew. Pasti di kapal, banyak crew wanita yang bule itu jatuh cinta padamu. Siapa pacarmu sekarang,.. hmm ?”

“Belum punya Tan. Aku masih nabung untuk membina rumah tangga dengan seorang, entah siapa nanti. Untuk itu, aku mau minta Tante bikinkan aku desain rumah…”

“Bayarannya ?” tanya Tante Yus cepat sambil menyambar mulutku dengan bibir tipis Tante Yus yang merah.

Aku terkejut, tetapi dalam hati senang juga. Bahkan tidak kutolak Tante Yus untuk memelukku terus menerus seperti ini. Tapi sialnya, batang kemaluanku mulai merinding geli untuk bangkit berdiri. Padahal di tempat itu, perut Tante Yus menekanku. Tentu dia dapat merasakan perubahan kejadiannya.

“Aku… ngg…”

“Ahh, kamu Andrew… Tante sangat kangen padamu, hmm… ouh Andrew… hmm !” sahut Tante Yus sambil menerkam mulutku dengan bibirnya.

SITUS POKER UANG ASLI


Aku sejenak terkejut dengan serbuan ganas mulut Tante Yus yang kian binal melumat-lumat mulutku, mendasak-desaknya ke dalam dengan buas. Sementara jemari kedua tangannya menggerayangi seluruh bagian kulit tubuhku, terutama pada bagian punggung, dada, dan selangkanganku. Tidak karuan lagi, aku jadi terangsang. Kini aku berani membalas ciuman buas Tante Yus. Nampaknya Tante Yus tidak mau mengalah, dia bahkan tambah liar lagi.

Kini mulut Tante Yus merayap turun ke bawah, menyusuri leherku dan dadaku. Beberapa cupangan yang meninggalkan warna merah menghiasi pada leher dan dadaku. Kini dengan liar Tante Yus menarik cawatku ke bawah setelah jongkok persis di depan selangkanganku yang sedikit terbuka itu. Tentu saja, batang kemaluanku yang sebenarnya telah meregang berdiri tegak itu langsung memukul wajahnya yang cantik jelita.

“Ouh, gila benar.. Tititmu sangat besar dan kekar, An.. Ouh… hmmm !” seru bergairah Tante Yus sambil memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya, dan mulailah dia mengulum-ngulum, yang seringkali dibarengi dengan mennyedot kuat dan ganas.

Sementara tangan kanannya mengocok-ngocok batang kejantananku, sedang jemari tangan kirinya meremas-remas buah kemaluanku. Aku hanya mengerang-ngerang merasakan sensasi yang nikmat tiada taranya. Bagaimana tidak, batang kemaluanku secara diam-diam di tempat kerjaku sana, kulatih sedemikian rupa, sehingga menjadi tumbuh besar dan panjang. Terakhir kuukur, batang kejantanan ini memiliki panjang 25 sentimeter dengan garis lingkarnya yang hampir 20 senti. Rambut kemaluan sengaja kurapikan.

Tante Yus terus menerus masih aktif mengocok-ngocok batang kemaluanku. Remasan pada buah kemaluanku membuatku merintih-rintih kesakitan, tetapi nikmat sekali. Bahkan dengan gilanya Tante Yus kadangkala memukul-mukulkan batang kemaluanku ini ke seluruh permukaan wajahnya.

Aku sendiri langsung tidak mampu menahan lebih lama puncak gairahku. Dengan memegangi kepala Tante Yus, aku menikam-nikamkan batang kejantananku pada mulut Tante Yus. Tidak karuan lagi, Tante Yus jadi tersendak-sendak ingin muntah atau batuk. Air matanya malah telah menetes, karena batang kejantananku mampu mengocok sampai ke tenggorokannya.

Pada satu kesempatan, aku berhasil mencopot kemejanya. Aku sangat terkejut saat melihat ukuran buah dadanya. Luar biasa besarnya. Keringat benar-benar telah membasahi kedua tubuh kami yang sudah tidak berpakaian lagi ini.

Dengan ganas, kedua tangan Tante Yus kini mengocok-ngocok batang kemaluanku dengan genggamannya yang sangat erat sekali. Tetapi karena sudah ada lumuran air ludah Tante Yus, kini jadi licin dan mempercepat proses ejakulasiku.

“Crooot… cret croot… creeet !” menyemprot air maniku pada mulut Tante Yus.

Saat spremaku muncrat, Tante Yus dengan lahap memasukkan batang kemaluanku kembali ke dalam mulutnya sambil mengurut-ngurutnya, sehingga sisa-sisa air maniku keluar semua dan ditelan habis oleh Tante Yus.

“Ouhh… ouh auh Tante… ouh !” gumamku merasakan gairahku yang indah ini dikerjai oleh Tante Yus.
“Hmmm… Andrew… ouh, banyak sekali air maninya. Hmmm… , lezaat sekali Lezat Ouh… hmmm !” bisik Tante Yus menjilati seluruh bagian batang kemaluanku dan sisa-sisa air maninya.
Sejenak aku hanya mengolah nafasku, sementara Tante Yus masih mengocok-ngocok dan menjilatinya.
“Ayo, Andrew… kemarilah Sayang.. , kemarilah Baby… !” pintanya sambil berbaring telentang dan membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.


Aku tanpa membuang waktu lagi, terus menyerudukkan mulutku pada celah vagina Tante Yus yang merekah ingin kuterkam itu. Benar-benat lezat Vagina Tante Yus mulai kulumat-lumat tanpa karuan lagi, sedangkan lidahku menjilat-jilat deras seluruh bagian liang vaginanya yang dalam. Berulang kali aku temukan kelentitnya lewat lidahku yang kasar. Rambut kemaluan Tante Yus memang lebat dan rindang. Cupangan merah pun kucap pada seluruh bagian daging vagina Tante Yus yang menggairahkan ini.

Tante Yus hanya menggerinjal-gerinjal kegelian dan sangat senang sekali nampaknya. Kulirik tadi, Tante Yus terus-menerus melakukan remasan pada buah dadanya sendiri sambil sesekali memelintir puting-putingnya. Berulang kali mulutnya mendesah-desah dan menjerit kecil saat mulutku menciumi mulut vaginanya dan menerik-narik daging kelentitnya.

“Ouh Andrew… lakukan sesukamu ouh.. , lakukan, please !” pintanya mengerang-erang deras.

Selang sepuluh menit kemudian, aku kini merayap lembut menuju perutnya, dan terus merapat di seluruh bagian buah dadanya. Dengan ganas aku menyedot-nyedot puting payudaranya. Tetapi air susunya sama sekali tidak keluar, hanya puting-puting itu yang kini mengeras dan memanjang membengkak total.

Di buah dadanya ini pula aku melukiskan cupanganku banyak sekali. Berulang kali jemariku memilin-milin gemas puting-puting susu Tante Yus secara bergantian, kiri kanan. Aku kini tidak tahan lagi untuk menyetubuhi Tanteku Dengan bergegas, aku membimbing masuk batang kemaluanku pada liang vaginanya.

“Ooouhkk yeaaah… ayoo ayooo… genjot Andrew !” teriak Tante Yus saat merasakan batang kejantananku mulai menikam-nikam liar mulut vaginanya.

Sambil menopang tubuhku yang berpegangan pada buah dadanya, aku semakin meningkatkan irama keluar masuk batang kemaluanku pada vagina Tante Yus. Wanita itu hanya berpegangan pada kedua tanganku yang sambil meremas-remas kedua buah dadanya.

“Blesep… sleeep… blesep !” suara senggama yang sangat indah mengiringi dengan alunan lembut.

Selang dua puluh menit puncak klimaks itu kucapai dengan sempurna, “Creeet… croot… creeet !”.

“Ouuuhhhkk aooouhkk… aaahhk ,” seru Tante Yus menggelepar-gelepar lunglai.
“Tante… ouhhh !” gumamku merasakan keletihanku yang sangat terasa di seluruh bagian tubuhku.

Dengan batang kemaluan yang masih tetap menancap erat pada vagina Tante Yus, kami jatuh tertidur Tante Yus berada di atasku. Karena kelelahanku yang sangat menguasai seluruh jaringan tubuhku, aku benar-benar mampu tertidur dengan pulas dan tenang. Entah sudah berapa lama aku tertidur pulas, yang jelas saat kubangun udara dingin segera menyergapku.

Sial.. Aku sadar, ini di desa dekat Merapi, tentu saja dingin. Tidak berapa lama jam dinding berdentang lima sampai enam kali. Jam enam pagi.. ! Dengan agak malas aku beranjak berdiri, tetapi tidak kulihat Tante Yus ada di kamar ini. Sepi dan kosong Dimana dia ? Aku terus mencoba ingin tahu.

SITUS DOMINO UANG ASLI


Dalam keadaan bugil ini, aku melangkah mendekati meja lampu. Secarik kertas kutemukan dengan tulisan dari tangan Tante Yustina. Andrew sayang, Tante kudu buru-buru ke Jakarta pagi ini. Udah dijemput. Ada pameran di sana. Tolong jaga rumah dan Vivi Ttd, Yustina.

Aku menghela nafas dalam-dalam. Gila, setelah menikmati diriku, dia minggat. Tetapi tidak apa-apa, aku dapat beristirahat total di sini, ditemani Vivi Eh, tapi dimana dia ? Aku segera mengambil selembar handuk putih kecil yang segera kulilitkan pada bagian bawah tubuhku.

Tanpa membuang waktu lagi aku segera menyusuri rumah, dari ruang ke ruang dari kamar ke kamar. Tetapi sosok bocah SD itu tidak kelihatan sama sekali. Aku hampir putus asa, tetapi mendadak aku mendengar suara gemercik air pancuran dari kamar mandi ruang tamu di depan sana. Vivi.. Ya itu pasti dia.. Aku segera memburu.

Kubuka pintu kamar tamu yang luas dan asri ini. Benar Kulihat pintu kamar mandinya tidak ditutup, ada bayangan orang di situ yang sedang mandi sambil bernyanyi melagukan Westlife Edan, anak SD nyanyinya begitu. Aku hanya tersenyum saja. Perlahan aku mendekati gawang pintu. Aku seketika hanya menelan ludahku sendiri.

Vivi berdiri membelakangiku masih asyik bergoyang-goyang sambil menggosok seluruh tubuhnya yang telanjang bulat itu dengan sabun. Rambut panjangnya tumbuh lurus dan hitam sebatas pinggang. Berkulit kuning langsat dan nampaknya halus sekali. Kusadari dia telah tumbuh lebih dewasa.

Air shower masih menyiraminya dengan hangat. Pantatnya sungguh indah bergerak-gerak penuh gairah. Hanya aku belum lihat buah dadanya. Tanpa kuduga lagi beberapa saat kemudian, Vivi membalikkan badannya. Aku yang melamun, seketika terkejut bukan main, takut dan khawatir membuatnya kaget lalu marah besar. Ternyata tidak.

“Mas.. ? Mas Andrew.. ?” bertanya Vivi tidak percaya dengan wajah senang bercampur kaget.

Aku hanya menghela nafas lega. Dapat kuperhatikan kini, buah dadanya Vivi telah tumbuh cukup besar. Puting-putingnya hitam memerah kelam dan tampak menonjol indah. Kira-kira buah dadanya ya, sekitar seperti tutup gelas itu. Seperti belum tumbuh, tetapi kok terlihat sudah memiliki daging menonjolnya. Sedangkan rambut kemaluannya sama sekali belum tumbuh. Masih bersih licin.

“Hai vivi, apa kabarnya ?” tanyaku mendekat.

Vivi hanya tersenyum dan balik bertanya tanpa menjawab pertanyaanku tadi itu, “Masih ingat ketika kita berenang bersama di rumah dulu?.. langsung aku balik bertanya lagi. “Kita berdua kan?.. Hmm?” langsung saja jua aku meraih bahunya.

Air terus menyirami tubuhnya, dan kini juga tubuhku. Vivi mengangguk ingat.

“Ya Mas.. Ngggeeeehhh , bagaimana kalau kita mandi bareng lagi,Mas.. Vivi kangen… mas andrew ouh !” ujarnya memeluk pinggangku.

Aku mengangkut tubuhnya yang setinggi dadaku ini dengan erat.

“Tentu saja, yuk !”.

Aku menurunkan Vivi.

“Kapan Mas datangnya ?”.
“Tadi malam pas Vivi lagi tidur ya kayaknya.. ?”.
“Hm Mh !”.


Aku melepas handukku yang kini basah. Saat kulepas handukku, Vivi tampak kaget melihat rambut kemaluanku yang tumbuh rapih. Segera saja tangannya menjamah buah kemaluan dan bantang kejantananku itu.

“Ouh.. , Mas sudah punya rambut lebat ya.. Vivi belum Mas.. ,” ujarnya sambil memperhatikan vaginanya yang kecil.

Tentu saja aku jadi geli, batang kemaluanku diraba-raba dan ditimang-timang jemari tangan mungil Vivi yang nakal ini.

“Itu karena Vivi masih kecil. Nanti pasti juga memiliki rambut kemaluan Hmm.. ?” ucapku sambil membelai wajahnya yang manis sekali.

Vivi hanya tersipu.. Sialnya, aku kini jadi kian geli saat Vivi menarik-narik batang kejantananku dengan candanya.

“Ihhh , kenyal sekali… ouh , seperti belalai gajah ya Mas… hihihih.. !”.

Aku jadi terangsang Gila.

“Belalai ini bisa akan jadi tumbuh besar dan panjang lho Vivi mau lihat ?”.
“Iya Mas , gimana tuh coba ?”.
“Vivi mesti mengulum, menghisap-hisap dan menyedotnya dengan kuat sekali batang zakar ini Gimana?.. Enak kok.. !” kataku merayu dengan hati yang berdebar-debar kencang.

Vivi sejenak berpikir, lalu tanpa menoleh ke arahku lagi, dia langsung berjongkok tepat didepan menghadap kejantananku lalu memasukkan ujung batang kejantananku ke dalam mulutnya Wow..! Gadis kecil ini langsung melakukan perintahku, lebih-lebih aku mengarahkan juga untuk mengocok-ngocok batang kemaluanku ini, Vivi menurut saja, dia malah kegirangan senang sekali. Dianggapnya batang ku adalah barang mainan baginya.

POKER ONLINE UANG ASLI


“Iya Mas… Tambah besar sekali dan panjang.. !” serunya kembali melumat-lumatkan batang kejantananku dan mengocok keras batang kepunyaanku itu.

Sekarang Vivi kuajari lagi untuk meremas buah kemaluanku. Aku membayangkan semua itu bahwa Tante Yus yang melakukan. Indah sekali sensasinya. Tetapi nyatanya aku tengah dipompa nafsu seksku dari bocah cilik ini.. Edan, sepupuku lagi.

Tetapi apa boleh buat. Aku lagi kebelet sekali kini. Yang ada hanyalah Vivi yang lugu dan bodoh tetapi mengasyikan sekali. Batang kejantananku kini benar-benar telah tumbuh sempurna keras dan panjangnya. Vivi kian senang. Aku kian tidak tahan.

“Teruskan Vi, teruskan… ya , ya… lebih keras dan kenceng… lakukanlah Sayang.. !” perintahku sambil mengerang-erang.

Setelah hampir lima belas menit kemudian, air maniku muncrat tepat di dalam mulut Vivi yang tengah menghisap batang kemaluanku.

“Creeet… crooot creet cret !”.
“Hup mhhhp !” teriak kaget. Vivi mau melepaskan batang kemaluanku.

Tetapi secepat itu pula dia kutahan untuk tetap memasukkan batang kemaluanku di dalam mulutnya.

“Telan semua spermanya Vi. Itu namanya sperma. Enak sekali kok, bergizi tinggi. Telan semuanya, ya. yaaa… begitu… terus bersihkan sisa-sisanya dari batangnya Mas.. !” perintahku yang dituruti dengan sedikit enggan.

Tetapi lama kelamaan Vivi tampak keasyikan mencari-cari sisa air maniku.

“Enak sekali Mas.. Tapi kental dan baunya, hmm.. , seperti air tajin saat Mama nanak nasi ! Enak pokoknya ! Lagi dong Mas, keluarkan spermanya !”.

Gila Gila betul. Aku masih mencoba mengatur jalannya nafasku, Vivi minta spermaku lagi ? Edan anak ini.

“Baik, tapi kini.. Vivi ikuti perintahku ya.. ! Nanti tambah asyik, tapi sakit Gimana ?”.
“Kalau enak dan asyik, mauh.. Nggak papa sakit dikit.. Tapi spermanya ada lagi khan ?”.

Aku mengangguk. Vivi mulai kubaringkan sambil kubuka kedua belahan pahanya yang mulus itu untuk melingkari di pinggangku. Vivi memperhatikan saja. Air dari shower masih mengucuri kami dengan dingin setelah tadi sempat kuganti ke arah cool.

“Auuuh, aduh Mas !” teriak vivi kaget saat aku memasukkan batang kejantananku ke dalam liang vaginanya yang jelas-jelas sangat sempit itu.

Tetapi aku tidak perduli lagi. Kukocok vagina Vivi dengan deras dan kencang sambil kuremas-remas buah dadanya yang kecil, serta menarik-narik puting-puting buah dadanya dengan gemas sekali. Vivi semakin menjerit-jerit kesakitan dan tubuhnya semakin menggerinjal-gerinjal hebat.

“Sakiiit auuuh Mas… , Mas hentikan saja… sakiiit, perih sekali Mas, periiihhh… ouuuh akkkh… aouuuhkkk !” menjerit-jerit mulut manisnya itu yang segera saja kuredam dengan melumat-lumat mulutnya.

“Blesep blesep… slebb !” suara persetubuhkan kami kian indah dengan siraman shower di atas kami.

Aku semakin edan dan garang. Gerakan tubuhku semakin kencang dan cepat. Dapat kurasakan gesekan batang kemaluanku yang berukuran raksasa ini mengocok liang vagina Vivi yang super rapat sempitnya. Dari posisi ini, aku ganti dengan posisi Vivi yang menungging, aku menyodok vaginanya dari belakang. Lalu ke posisi dia kupangku, sedangkan aku yang bergerak mengguncangkan tubuhnya naik, lalu kuterima dengan menikam ke atas menyambut vaginanya yang melelehkan darah.

“Tidak Masss… ouh sakit uhhk… huuuk… ouhhh… sakiiit !” tangisnya sejadi-jadinya.

Tetapi aku tidak perduli, sepuluh posisi kucobakan pada tubuh bugil mungil Vivi. Bahkan Vivi nyaris pingsan. Tetapi disaat gadis itu hendak pingsan, puncak ejakulasiku datang.

“Creeet… crooot sreeet… crreeet !” muncratnya air mani yang memenuhi liang vaginanya Vivi bercampur dengan darahnya.

DOMINO ONLINE UANG ASLI


Vivi jatuh pingsan. Aku hanya mengatur nafasku saja yang tidak karuan Lemas. Vivi pingsan saat aku memasangkan kembali batang kemaluanku ke posisi dia, kugendong di depan dengan dadanya merapat pada dadaku Pelan-pelan kujatuh menggelosor ke bawah dengan batang kemaluanku yang masih menancap erat di vaginanya.

Itulah pengalamanku dengan Tante Yus dan putrinya Vivi yang keduanya memang binal itu. Teriring salam untuk Vivi.
Kebinalan Tante Dan Juga Anaknya Yang Sudah Lama Tak Bertemu Denganku Kebinalan Tante Dan Juga Anaknya Yang Sudah Lama Tak Bertemu Denganku Reviewed by risca suanti on 04.07 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.